Hidupku seperti permainan Halilintar. Aku yang menjadi penumpang, waktu adalah lintasannya, dan kereta adalah tempat aku berjalan.Jadi setiap ada tanjakan dan turunan aku nggak boleh menyerah. Aku harus menerima semua itu. Yeah, itulah hidupku.
Lebih baik merenung,
daripada telinga menjadi panas.
Jam digital di mobil menunjukan pukul setengah tujuh lewat. Dan selama itu kami habiskan dengan muter-muter kota Semarang hanya untuk makan. Tapi, yang bikin susah adalah menunya yang juarrrranggg banget: OSENG-OSENG KANGKUNG―Makanan favoritku― Hmmm...nggak tahu kenapa aku jadi pingin makan Kangkung. Jadilah aku merekomendasikan kepada keluargaku untuk makan di Warteg. But, mama nggak mau soalnya kaki beliau sedang sakit. Akhirnya kami menuju Mbah Jingkrak.
Aku sudah membayangkan betapa pedasnya kangkung itu. Ditambah kering tempe. Yummy. “ Vi..makan di Grobogan aja ya. Yang ada Manyu nya.” Ucap Papa. Lamunanku terbuyar. Hmmm, boleh juga. “ Kenapa nggak bilang pa? Yaudah deh makan disana aja.” Ucapku girang soalnya juga ada Manyu supeeerrr pedas yang bisa bikin kita kerjap-kerjap. Papa membelokan stir mobil ke arah kiri( karena saat itu kami melewati jalan Kampung kali.) menuju Jalan Pandanaran. Sumpah...rame macet banget. Yaa maklum lah sebentar lagi liburan usai. Jadi para pemudik dari penjuru kota menyerbu pusat jajanan di Semarang di pinggir jalan Pandanaran.
“ Makan dimana Vi?” Tanya mama. Aku hanya terbengong sendiri. “ Pokoknya yang ada Kangkungnya deh.” Aku menatap jalan raya yang rameee..
Haduhhh...kenapa sih rumah makan pada rame? Nggak Sambara, Lombok Ijo, Manggala, Cianjur??? Sebenernya sih aku oke-oke saja makan disana. Tapi, mamaku dan adikku yang nggak oke-oke. Mama: Kaki beliau masih sakit dan membawa walker walker yang hampir seukuran koper dan bisa aja nanti mamaku jadi seleb mendadak. Adikku: Paling nggak betah kalau disuruh NUNGGU. Dan ngantukan. Padahal kalau main bisa lama banget dan nggak pernah tuh diwajahnya tersirat wajah capek atau ngantuk.
“ Wah paling ntar makannya juga di depan kecamatan lagi.” Ucap papa. Aku hanya memandang jalanan dengan wajah manyun. “ Makan sate padang gimana?” Usul mama. Aku langsung memandang mama kaget dan menunjukan raut muka yang emmm nggak setuju, “ Aku kan nggak doyan. “ Protesku. “ Makan ikan bakar aja.” Ucap mama lagi. Uhhhh......
Kami akhirnya sampai di depan kecamatan yang berjejer aneka makanan. “ Kalau disini kan macam-macam.” Papa tetap menyetir. Aku sempat bertanya-tanya, kenapa tempat ini nggak dibuat pujasera aja? Tinggal nyari lahannya yang gede terus dibuat kios-kios deh lalu tinggal memindah barang-barang. Selesai. Mobil berhenti didepan salah satu warung yang menyediakan aneka seafood.Aku tiba-tiba terduduk lemas. Ya Allah...Apakah Kedua orangtuaku yang baik hati nan perhatian ini nggak menyadari kalau anaknya yang Cantik nan Manis ini membutuhkan Vitamin dari sayur mayur walaupun hanya kangkung. Proteinku sudah mencapai batas normal Pa, Ma. Batinku panjang lebar.
0 komentar:
Posting Komentar